Mengapa alokasi aset strategis
begitu penting ? Dengan memasukkan berbagai asset class dengan imbal
hasil yang naik turun dalam kondisi pasar yang berbeda-beda kedalam
suatu portofolio, sedangkan untuk investornya sendiri dapat melindungi
dirinya dari kerugian yang sangat besar. Secara historis, imbal hasil
dari ketiga asset class utama pada umumnya tidak bergerak maupun naik
atau turun secara bersamaan. Kondisi pasar yang dapat mengakibatkan
suatu asset class memberikan imbal hasil tertinggi mungkin saja akan
menyebabkan asset class yang lain malah menghasilkan imbal hasil yang
rendah.
Dengan berinvestasi dilebih dari satu asset class maka investor dapat
mengurangi risiko kerugian dan fluktuasi imbal hasil portofolio secara
keseluruhan yang akan menjadi lebih stabil. Jika investasi disuatu asset
class mengalami kerugian, maka investasi diasset class lainnya bisa
memberikan imbal hasil yang tinggi sehingga dapat menutupi kerugian
tersebut.
Diservikasi
Alokasi aset strategis juga penting untuk diversifikasi (penyebaran
risiko, yaitu dengan berinvestasi pada beberapa instrumen investasi
sehingga risiko investasinya bisa disebar). Kegiatan menyebarkan dana ke
berbagai investasi dikenal dengan istilah diversifikasi. Dengan memilih
investasi yang tepat, maka investor dapat membatasi kerugian dan
mengurangi fluktuasi imbal hasil investasinya tanpa harus mengorbankan
terlalu banyak potensi memperoleh keuntungan.
Selain itu, alokasi aset strategis juga penting karena berpengaruh besar
terhadap pemenuhan tujuan investasi. Jika investor tidak berani
mengambil cukup risiko, maka imbal hasil investasinya mungkin tidak
cukup untuk memenuhi tujuan investasi. Sebagai contoh, untuk memenuhi
kebutuhan investasi jangka panjang seperti tabungan pendidikan atau
tabungan untuk membiayai kuliah, sebagian besar ahli keuangan akan
setuju bahwa investor sebaiknya mengikutsertakan saham atau reksa dana
saham dalam portofolionya. Sebaliknya, jika investor terlalu berani
mengambil risiko, maka ada kemungkinan dana yang diinvestasikan tidak
tersedia pada saat investor membutuhkannya. Portofolio yang sebagian
besar berisi saham atau reksa dana saham misalnya, tidak cocok untuk
memenuhi kebutuhan investasi jangka pendek seperti untuk membiayai
liburan.
Cara melakukan alokasi aset strategis
Menentukan model aset alokasi yang sesuai untuk mencapai tujuan
investasi tertentu merupakan pekerjaan yang cukup rumit. Pada dasarnya,
proses pembentukan model ini merupakan proses pemilihan sekelompok asset
yang dipercaya memiliki probabilitas tertinggi untuk meraih tujuan
investasi dengan tingkat risiko yang bisa diterima investor. Seiring
dengan makin dekatnya pencapaian tujuan investasi, investor juga
sebaiknya dapat menyesuaikan komposisi assetnya.
Penyusunan model alokasi aset bisa dilakukan sendiri oleh investor jika
ia memahami horizon investasi serta tingkat toleransi risiko yang
dimilikinya. Buku-buku pedoman investasi umumnya memuat pedoman dasar
sedangkan berbagai situs Internet menyediakan fasilitas yang dapat
membantu investor membuat keputusan investasi, seperti misalnya online
asset calculator. Pada intinya, tidak ada model alokasi aset yang bisa
memenuhi setiap tujuan investasi; setiap investor perlu menentukan model
yang pas baginya.
Beberapa pakar keuangan dan investasi percaya bahwa alokasi asset
merupakan proses pengambilan keputusan terpenting dalam kegiatan
investasi. Alokasi asset bahkan lebih penting dibandingkan dengan
pilihan instrument investasi yang diambil. Untuk itu, tidak sedikit
investor yang kemudian mencari pertolongan dari pihak luar dalam
merumuskan alokasi asset. Penasihat investasi atau manajer investasi
dapat membantu, namum tentunya investor harus memastikan bahwa penasihat
atau manajer investasi yang dipilihnya memiliki pengalaman dan keahlian
yang mumpuni.
Antara alokasi asset dan diversifikasi
Diversifikasi merupakan strategi yang dapat dinyatakan dengan peribahasa
"Don't put all your eggs in one basket" (Jangan taruh semua telurmu
dalam satu keranjang). Diversifikasi adalah tindakan penyebaran risiko,
yaitu dengan menginvestasikan dana ke dalam berbagai instrumen investasi
dengan harapan bahwa jika salah satu instrumen mengalami kerugian, maka
keuntungan yang diperoleh di instrumen lainnya dapat menutupi kerugian
tersebut.
Banyak investor yang menggunakan alokasi aset untuk melakukan
diversifikasi ke berbagai kategori asset. Namun di lain pihak banyak
pula investor yang tidak melakukan diversifikasi sama sekali. Sebagai
contoh, berinvestasi sepenuhnya di saham untuk memenuhi kebutuhan masa
pension dalam horison investasi 25 tahun, atau berinvestasi sepenuhnya
di kas atau setara kas dalam bentuk tabungan untuk membayar uang muka
pembelian rumah. Meskipun keduanya mungkin merupakan strategi aset
alokasi yang wajar dalam situasi tertentu, namun keduanya bukanlah
strategi yang berusaha mengurangi risiko melalui investasi di berbagai
kategori asset. Karena itu, pemilihan model alokasi aset tidak serta
merta mewujudkan diversifikasi portofolio. Apakah portofolio
terdiversifikasi atau tidak tergantung dari bagaimana investor
mengalokasikan dananya ke dalam berbagai instrumen investasi.
Prinsip dasar diversifikasi
Portofolio sebaiknya terdiversifikasi dalam dua tingkat: (1) antara
berbagai kategori asset dan dalam setiap kategori asset. Jadi selain
alokasi ke saham, obligasi, kas/setara kas atau kategori asset lainnya,
investor juga perlu menyebarkan investasinya keberbagai instrument dalam
setiap kategori asset. Kuncinya adalah identifikasi atas segmen-segmen
dalam setiap kategori asset yang mungkin memiliki kinerja yang berbeda
satu sama lain dalam berbagai kondisi pasar yang berbeda.
Salah satu cara untuk mendiversifikasikan investasi dalam suatu kategori
asset adalah dengan berinvestasi di berbagai emiten dan sektor
industri. Porsi saham dalam portofolio tidak akan terdiversifikasi
dengan baik jika, misalnya, investasi hanya dilakukan di 4 atau 5 saham.
Karena diversifikasi terkadang tidak praktis dilakukan sendiri, ada
investor yang merasa bahwa diversifikasi dalam suatu kategori asset
lebih mudah dilakukan dengan membeli unit penyertaan reksa dana
dibandingkan dengan investasi langsung pada instrumen-instrumen dalam
kategori asset tersebut. Berdasarkan definisi menurut Undang-Undang
Pasar Modal No. 8 tahun 1995 pasal 1 ayat 27, reksa dana adalah wadah
yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi
yang telah mendapat izin dari Bapepam.
Keberadaan reksa dana memudahkan investor melakukan diversifikasi karena
memungkinkan investor untuk memiliki porsi dalam berbagai instrument
investasi, meskipun dalam nominal yang kecil.
Akan tetapi perlu diingat bahwa investasi reksa dana belum tentu
mewujudkan diversifikasi secara instan, terutama jika reksa dana
tersebut merupakan reksa dana tematik yang investasinya terfokus pada
tema investasi atau sektor tertentu. Jika seorang investor berinvestasi
di reksa dana tematik, maka kemungkinan ia harus berinvestasi di
beberapa reksa dana sekaligus untuk bisa mendiversifikasikan
portofolionya. Dalam suatu kategori asset, hal ini bisa berwujud
investasi di reksa dana yang berfokus di saham-saham perusahaan
berkapitalisasi pasar besar, kecil atau bahkan saham-saham yang
diperdagangkan dibursa luar negeri. Di antara berbagi kategori asset,
diversifikasi bisa dicapai dengan investasi pada reksa dana saham, reksa
dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang.
Tentu saja, untuk setiap tambahan investasi di reksa dana investor akan
harus menanggung biaya tambahan yang ada akhirnya dapat menurunkan imbal
hasil investasi keseluruhan. Untuk itu investor perlu mempertimbangkan
biaya-biaya tersebut dalam menentukan cara terbaik untuk
mendiversifikasikan portofolionya.
Mengubah Alokasi Asset
Alasan yang paling umum untuk mengubah alokasi asset adalah perubahan
horison investasi. Dengan kata lain, semakin dekat seorang investor
menuju tujuan investasinya, makin besar kebutuhan untuk mengubah alokasi
assetnya. Sebagai contoh, sebagian besar orang yang berinvestasi untuk
membiayai masa pensiun mereka mengurangi porsi saham dan mengalihkannya
ke obligasi dan kas/setara kas seiring dengan makin dekatnya masa
pensiun mereka. Selain perubahan horison investasi, perubahan terhadap
toleransi risiko, kondisi keuangan atau tujuan investasi juga merupakan
alasan pemicu bagi investor untuk mengubah alokasi assetnya.
Para investor yang mumpuni pada umumnya tidak mengubah alokasi assetnya
berdasarkan kinerja relative dari suatu kategori asset, misalnya dengan
menambah porsi saham dalam portofolio semata-mata karena pasar saham
sedang hebat kinerjanya. Dalam kondisi demikian, yang mereka lakukan
adalah rebalancing atas portofolio mereka.
Prinsip dasar rebalancing
Rebalancing adalah tindakan mengembalikan komposisi portofolio ke
komposisi dasar sebagaimana ditetapkan dalam alokasi aset dasar.
Rebalancing perlu dilakukan secara berkesinambungan karena seiring
dengan perjalanan waktu sebagian dari investasi mungkin bergerak tidak
sejalan dengan tujuan investasi. Beberapa instrumen dalam portofolio
investasi mungkin mengalami pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan
instrumen lainnya. Dengan melakukan rebalancing, investor dapat
memastikan bahwa portofolionya tidak terlalu terfokus pada kategori
asset tertentu, dan bahwa imbal hasil portofolio secara keseluruhan akan
dicapai pada tingkat risiko yang bisa diterima.
Sebagai contoh, misalkan alokasi aset dasar menetapkan porsi saham
sebesar 60% dari total portofolio sedangkan sisanya (40%) berupa
instrumen pasar uang. Setelah pasar saham mengalami kenaikan, porsi
saham ternyata naik menjadi 80% dari total portofolio sementara porsi
pasar uang turun menjadi 20%. Dalam hal ini investor bisa menjual
sebagian dari sahamnya dan mengalihkan investasinya ke pasar uang yang
porsinya mengalami penurunan sehingga komposisi portofolio kembali ke
60% saham dan 40% pasar uang.
Dalam melakukan rebalancing, investor perlu mengkaji investasi dalam
setiap kategori asset. Jika ditemukan investasi yang tidak sejalan
dengan tujuan investasi, maka investor harus mengembalikannya ke alokasi
semula untuk setiap kategori asset.
Pada prinsipnya, terdapat tiga cara dalam melakukan rebalancing terhadap
portofolio :
- Investor dapat menjual instrumen dari kategori asset yang sudah kelebihan bobot (over-weighted), dan menggunakan dana hasil penjualan untuk membeli instrumen dari kategori yang kekurangan bobot (underweighted).
- Investor dapat membeli instrumen baru dari kategori asset yang kekurangan bobot (under-weighted).
- Jika investor melakukan cicilan investasi (menambah investasi secara berkala), maka ia dapat mengalokasikan cicilan investasi tersebut ke kategori asset yang kekurangan bobot (under-weighted), sampai tercipta kembali alokasi aset semula.
0 komentar:
Posting Komentar