Banyak para trader yang terobsesi untuk mencari sistem trading yang
sempurna, dimana pada saat ini mereka merasa belum cukup terpuaskan
dengan cara yang ia gunakan saat ini. Seorang trader bisa saja mengklaim
bahwa telah menciptakan sebuah trading sistem yang paling mutakhir,
hingga pada akhirnya berakhir dengan menguras kantong dari penggunanya.
Kejadian seperti ini membuat trading sistem yang tadinya dipikir telah
sempurna melainkan berubah arah dan menjadi bumerang bagi penggunanya
sendiri. Hal tersebut dikarenakan trading sistem yang ia gunakan belum
tentu cocok antara orang yang satu dengan yang lainnya.
Memang benar, tidak semua sistem trading hanya omong kosong belaka, ada
pula yang benar-benar merangkainya hingga menjadi sebuah karya indah.
Namun perlu kita ingat, apabila kita berbicara trading, maka kita juga
akan berbicara mengenai probabilitas, dimana hal tersebut berbanding
terbalik dengan konsep keberuntungan maupun permainan judi. Seseorang
harus melewati proses pembelajaran yang panjang sehingga mendapatkan law of averages
agar menjadi tatanan pondasi yang kokoh dan cocok bagi dirinya. Selama
cara yang digunakan sudah cukup kuat, menggunakan Money Management serta
Risk Management, maka seorang trader sudah cukup siap untuk memulai
trading.
Seorang trader yang menggunakan indikator tanpa mengetahui jelas apa,
darimana, maksud dari indikator yang dipakainya, sehingga terjebak dalam
kondisi "mencari indikator yang sempurna" yang tak ada habisnya. Kondisi yang membuat trader menjadi "buntu"
tersebut bisa berakibat fatal hingga dapat membuat emosi menjadi tak
terkendali. Seperti yang kita semua ketahui, bila emosi sudah memegang
kendali atas diri kita, maka tindakan kita pun menjadi kurang rasional.
Trading bukanlah sebuah garis lurus yang bergerak sesuai dengan apa yang
seseorang inginkan. Sadarilah bahwa tidak ada satu hal yang pasti dalam
dunia trading dan bisa menjanjikan datangnya profit/keuntungan dalam
bentuk apapun, terlebih dengan cara yang terbilang mudah/instan.
Bagi anda yang seorang pemula dalam Trading, kenalilah cara trading
melalui indikator, agar anda paham apa itu indikator, tahu cara
menggunakannya dan bagaimana mengaplikasikannya sehingga anda tidak
mengalami kesulitan dalam trading. Dengan memahami fungsi - fungsi dasar
dari indikator, harapannya kita dapat lebih selektif dalam memilih
macam-macam indikator forex atau expert advisor (EA) yang sering kita
jumpai diinternet atau atas rekomendasi teman-teman trader lainnya.
Berikut tipe-tipe dari indikator yang akan saya uraikan :
Indikator Arah Trend
Meskipun tidak mustahil untuk dapat menghasilkan profit dengan melawan
trend (counter-trend), namun kebanyakan trader memilih mengikuti trend
dalam mendapatkan profit. Pada saat inilah indikator penunjuk arah trend
bekerja. Manfaat terpenting dari indikator ini adalah untuk memberi
saran ketika kita akan membuat suatu open posisi BUY/SELL. Mari kita
bahas salah satu indikator penunjuk arah trend yang paling simpel, yakni
Moving Average (MA).
Ambil contoh, kita menggunakan 2 buah moving average, 10-day dan 30-day.
Secara teori, ketika MA 10-day berada di atas MA 30-day, maka arah
trend adalah naik keatas, begitupula sebaliknya. Semakin kecil ukuran MA
yang digunakan, maka akan semakin cepat indikator ini bereaksi terhadap
perubahan arah chart. Namun, setiap trader biasanya mempunyai ukuran MA
sendiri yang disesuaikan dengan gaya trading masing-masing baik itu
short, medium atau long term.
Indikator Konfirmasi Trend
Jika sebuah market dalam jangka pendek bergerak naik turun secara cepat,
maka akan lebih baik jika ada suatu cara untuk mengukur kepastian arah
trend yang terjadi.Salah satu indikator yang paling popular sebagai alat
konfirmasi trend adalah Moving Average Convergence Divergence (MACD).
Indikator ini memformulasikan 2 buah moving average exponential dan
menunjukkannya melalui bentuk histogram yang positif atau negatif.
Ketika histogram menunjukkan daerah positif (mengarah keatas), maka
trend dikonfirmasikan keatas (uptrend), begitupula sebaliknya
(downtrend). Namun satu hal yang perlu diingat, baik itu indikator
penunjuk arah trend maupun konfirmasi trend bukanlah suatu signal yang
menentukan sebuah posisi buy/sell. Kedua indikator ini digunakan trader
untuk memberikan keyakinan lebih dalam mengambil sebuah keputusan open
posisi.
Indikator overbought/oversold
Para trader biasanya dianjurkan untuk memulai trading sesuai arah major
trend. Namun terkadang kita tidak yakin apakah akan langsung mengambil
keputusan untuk melakukan open posisi secepatnya atau menunggu
terjadinya pullback ketika major trend telah terkonfirmasi.
Ambil contoh : Contoh, ketika kita telah meyakini bahwa major trend
adalah turun, maka kita dapat melakukan start open posisi saat itu juga,
atau menunggu hingga harga menguat sedikit sebelum melakukan open
posisi. Apabila kita memilih untuk menunggu terjadinya pullback, maka
diharapkan resiko yang terjadi juga lebih kecil. Untuk itu, setiap
trader bisa memilih untuk menggunakan overbought/oversold indikator pada
kondisi ini.
Salah satu indikator yang paling cocok untuk ini adalah relative
strength index (RSI). Indikator ini dapat mengakumulasikan pergerakan
dari sebuah chart selama rentang waktu tertentu, dan mengkalkulasikannya
kedalam sebuah nilai bilangan dari 0 sampai dengan 100. Angka 20 pada
RSI bisa diartikan bahwa harga berada pada kondisi oversold, dan angka
80 adalah kondisi overbought. Namun tidak semua trader menggunakan
ukuran yang sama untuk kondisi tersebut.
Pada gambar dibawah ini kita dapat menggunakan 3-day RSI, 50-day MA dan
200-day MA. Secara general ketika garis 50-day MA (warna kuning) berada
di bawah garis 200-day MA (abu-abu), trader bisa langsung mengambil open
posisi SELL. Namun trader bisa mempertimbangkan kembali untuk melakukan
open posisi SELL setelah RSI menunjukkan kondisi overbought (kolom
transparan).
Indikator Profit Taking
Pada tipe indikator ini, yang diperlukan oleh trader adalah indikator
yang mampu untuk menentukan kapan harus close posisi ketika berada pada
kondisi profit. Ada beberapa indikator yang tersedia, bahkan 3-day RSI
juga dapat digunakan untuk ini. Salah satu Indikator yang paling popular
untuk taking profit adalah Bollinger Bands. Dimana indikator tipe
seperti ini dapat mengumpulkan data secar historis mengenai harga
sehingga membentuknya menjadi suatu garis terowongan (channel).
Trader yang sedang melakukan open posisi buy dapat melakukan profit
taking ketika harga menyentuh garis channel paling atas, dan trader yang
melakukan open posisi sell dapat melakukan profit taking ketika harga
menyentuh garis channel paling bawah.
Bagi seorang trader pemula yang ingin mengmbil sebuah keputusan open
posisi, say rasa anda harus bersabar menunggu untuk menemukan momen yang
tepat. Dengan mempelajari dasar dari indikator forex ini, anda dapat
meminimalisir potensial resiko yang terjadi. Jangan lupa juga untuk
selalu memperhatikan money management kita sesuai kemampuan capital yang
tersedia.
0 komentar:
Posting Komentar